Saat ini Kintan sedang jatuh cinta. Pada sang pujangga yang cukup tenang. Wajahnya bagai lantunan senja. Hangat menerpa setiap rupa.
Cinta benar adanya. Benar adanya. Benar rasanya. Indah, sungguh terangsang jiwanya.
Sudah berjalan 8 bulan, sungguh. Indah. Walau dia, sang pujangga adalah sosok yang rupawan. Tapi, Kintan cukup terluka.
Tak diketahui banyak khalayak, pujangga memangsa, sedikit demi sedikit, menggerogoti hati Kintan hingga berlubang.
Hatinya terperas, hingga tak bersissa. Jiwanya terbebat, durinya begitu tajam. Belati menghunus, melalui otaknya. Hingga hilang akal, hilang hidupnya.
Kintan bertahan padanya, untuk hirupan derita. Karena Kintan terpedaya, oleh fana asmara.
Kintan tak bisa lepas, pergi ke angkasa.
Dan Kintan,
Mengubur dirinya. Bersama tanah terbumbu hujan.