Tiap ruang-ruang hampa ini membuatku bengap. Apa dayanya jika gempita menelanku bulat-bulat. Bukankah tandanya ini semua sudah tamat?
JIwanya meyakinkan ragaku bahwa untuk selalu menitih tiap lingkup perjalanan. Tahanlah, katanya. Aku hanya mendengarkan kata-katanya berlalu di telingaku. Hanya berlalu karena nalarku sudah musnah.
Mengapa? Mengapa aku harus terpisah dengannya? Begitu banyak impresiku tentang afeksi yang tertutur, tertuang dan luruh. Tumpah memenuhi lantai. Menggenang. Semakin tinggi. Dan akhirnya membuatku tenggelam.
Beginikah rasanya? Sebuah korosi yang menggerogoti nyawa hingga tak bersisa?
Inikah gugur asmara?
Dalamnya rasa patah hati itu …
#SemangatCiee untuk lekas move on…
SukaSuka
haha.. susah moveon
SukaSuka
Puisinya kereeenn! suka deh!
SukaSuka
hehe.. terimakasihh
SukaSuka
Inj puisi curhar ya? 😀 Semoga segera move on yak. Nggak enak juga kalo masih tergadai masa lalu. 🙂
SukaSuka
nah itu.. wkkw.. makasih ya
SukaSuka
Ayo semangat mba, mari move on hehehe. Aku suka banget neh sama puisinya, jadi ingat yang lalu hihi
SukaSuka
hihi..jadi throwback ya
SukaSuka
mupon jeung udah tahun 2017. hehehee
salut sama orang yang bisa menulis fiksi kayak gini.
aku maaah eta teh to the pont aja 😀
SukaSuka
haha.. to the point juga bagus kok mbak..
SukaSuka
gw bacanya kok kelam banget yaaa 😀
SukaSuka
haha..emang gelap sih
SukaSuka
Enyah kau pekat!
SukaSuka
pergi!pergi! 😀
SukaSuka