Gugur Asmara

Tiap ruang-ruang hampa ini membuatku bengap. Apa dayanya jika gempita menelanku bulat-bulat. Bukankah tandanya ini semua sudah tamat?

JIwanya meyakinkan ragaku bahwa untuk selalu menitih tiap lingkup perjalanan. Tahanlah, katanya. Aku hanya mendengarkan kata-katanya berlalu di telingaku. Hanya berlalu karena nalarku sudah musnah.

e81ab323ed45654b6e3e57cb20fd278e.jpg
-pinterest-

Mengapa? Mengapa aku harus terpisah dengannya? Begitu banyak impresiku tentang afeksi yang tertutur, tertuang dan luruh. Tumpah memenuhi lantai. Menggenang. Semakin tinggi. Dan akhirnya membuatku tenggelam.

Beginikah rasanya? Sebuah korosi yang menggerogoti nyawa hingga tak bersisa?

Inikah  gugur asmara?

15 respons untuk ‘Gugur Asmara

  1. Ping-balik: Gugur Asmara

Tinggalkan komentar